Monday, January 14, 2013

Karakteristik Islam (4): Sesuai Fitrah Manusia

Inilah Islam | Monday, January 14, 2013

Islam adalah dien (agama) yang sangat manusiawi (sesuai dengan fitrah atau kodrat manusia). Ajaran Islam dapat diamalkan oleh seluruh umat manusia karena memang sesuai dengan fitrah dan kemampuannya. Allah SWT menegaskan, tidak akan membebani manusia kecuali apa-apa yang manusia sanggup memikulnya.
“Tidaklah Allah membebani seseorang dengan suatu beban kecuali sesuai dengan kemampuannya”  (Q.S. Al-Baqarah:286).
Sifat manusiswi Islam juga tampak dari seruan Islam kepada seluruh manusia, bukan kepada bangsa, kaum, atau suku tertentu. Bukan pula hanya kepada sekelompok orang dengan ciri fisik dan ras tertentu.
"Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian!" (Q.S. Al-Baqarah:21).
"Katakan hai manusia aku (Muhammad Saw) adalah Rasul bagi kalian seluruhnya" (Q.S. Ali Imran:158).
Fitrah atau pembawaan manusia sejak lahir adalah berjiwa monoteisme atau tauhid --mengesakan atau menuhankan Allah SWT semata. Sebelum diciptakan dalam wujud sempurna manusia yang terdiri dari ruhani (jiwa, ruh) dan jasmani (badan, tubuh, raga), seluruh ruh manusia dikumpulkan di suatu tempat oleh Allah SWT --dikenal dengan “Alam Arwah”. Pada saat itu Allah SWT bertanya, sekaligus "membaiat" mereka untuk menuhankan-Nya alias mengakui Allah SWT sebagai Tuhan mereka. Mereka pun --termasuk kita tentunya-- pada saat itu bersedia "dibaiat" sebagai bentuk "perjanjian" dengan-Nya.
Kisah tersebut diabadikan dalam Q.S. Al-A'raf:172-173, yang mengisyaratkan bahwa setiap manusia pada asalnya adalah mukmin, beriman kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah (tauhid), ataupun Muslim dalam pengertian berpasrah diri sebagai 'abid (hamba) Allah SWT semata.
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman: 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?'. Mereka menjawab: 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi'. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan: 'Sesungguhnya kami (badi Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Q.S. 7:172).
Jadi, akidah tauhid itulah fitrah manusia. Merujuk kepada ayat itu dapat dikatakan, sesungguhnya manusia telah bertauhid sejak ia di alam arwah. Hal ini juga bermakna, Allah SWT menciptakan manusia dengan kodrat yang hanief, memihak kepada kebenaran, sebagaimana juga Islam diciptakan atas kodrat yang hanief atau sesuai dengan fitrah manusia, sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengimani dan mengamalkan ajaran Islam.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama yang hanief (Islam). Itulah fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah (Islam) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S. 30:30).
Kalaupun kemudian banyak, bahkan kebanyakan, manusia menjadi sesat, tidak beriman, menolak,  atau  membenci  Islam,  penyebabnya  antara  lain  karena  mereka:
a.      Tidak mendapat tuntunan ruhaniah dan pendidikan tauhid,
b.      Tidak sampainya informasi Islam dengan benar kepada mereka, atau
c.       Karena mendapat pengaruh lingkungan yang buruk, terutama di lingkungan keluarga. Itulah sebabnya Nabi Saw menegaskan,
“Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci, beriman-bertauhid), kedua orangtuanyalah --atau lingkungannnya-- yang dapat menjadikannnya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi”(H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi).
Kehidupan dunia ini merupakan cobaan. Cobaan dimaksud utamanya menguji jiwa tauhid manusia tadi. Apakah ia kukuh memegang prinsip tauhidnya atau tidak. Makanya, di dunia ini jiwa manusia dilengkapi dengan jasmani. Jasmani itulah yang dapat memalingkan manusia terhadap ketauhidannya.
Jasmani merasakan adanya berbagai kebutuhan untuk dipenuhi agar bertahan hidup. Ketika memenuhi kebutuhan itulah, manusia banyak yang melalaikan ketauhidannya. Belum lagi jika muncul ambisi dalam dirinya untuk kaya dan bertahta. Untuk mencapai kaya dan tahta itu, banyak jalan yang dapat ditempuh. Ragam jalan ini pun termasuk cobaan dari Allah SWT. Jika ia konsisten dengan jalan halal, sebagaimana diinformasikan lewat ajaran Islam, berarti ia kukuh dengan jiwa tauhidnya.
Tauhid menuntun manusia untuk tetap menempatkan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan. Kepada-Nyalah ia mengabdi. Segala hukum-Nya ditaati. Larangan-Nya dijauhi dan perintah-Nya dijalankan. Lawan tauhid adalah syirik, menyekutukan Allah SWT, meyakini Tuhan lebih dari satu, atau meyakini ada sesuatu yang setara kekuatan dan kharismanya dengan Tuhan. Dan dosa syirik ini tidak diampuni-Nya (Q.S. 4:48). Wallahu a'lam.*
Previous
« Prev Post

No comments on Karakteristik Islam (4): Sesuai Fitrah Manusia

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *