Ujian bagi Orang Beriman
Inilah Islam | Sunday, October 6, 2013
Khutbah Jumat
Tema: Ujian
bagi Orang Beriman
Ma'asyiral
Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah!
Keputusan
seorang manusia untuk memeluk Islam, menyatakan keimanannya pada Allah SWT
sebagai Tuhannya dan meyakini Muhammad Saw sebagai utusan-Nya, merupakan
keputusan tepat sekaligus mengandung sejumlah risiko.
Ketika seseorang
mengatakan beriman, Allah SWT tidak akan membiarkannya begitu saja, tetapi akan
memberinya ujian demi ujian --juga serangkaian hak dan kewajiban sebagai
konsekuensi-- untuk mengetahui apakah ia benar-benar beriman atau sebatas
pengakuan lisan saja.
Firman
Allah SWT, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan
'kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar (imannya) dan orang-orang yang dusta (munafik)."
(QS 29:2-3)
Ibarat
seorang pria menyatakan cintanya pada seorang gadis, pria tersebut tentu harus
menunjukkan dengan perbuatan/sikap cintanya itu, sehingga sang gadis benar-benar
meyakini cintanya. Seorang mukmin pun demikian. Ia harus menunjukkannya dengan
sikap atau amal betapa ia benar-benar beriman pada Allah SWT dan Rasul-Nya,
sehingga ia menjadi mukmin sejati dan berhak hidup bahagia dan masuk surga di
akhirat kelak.
Iman
merupakan kunci keislaman seseorang. Seseorang yang menyatakan beriman, dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat, secara lahiri ia sudah menjadi anggota
komunitas umat Islam. Masalah apakah ia benar-benar beriman atau hanya
pengakuan lisan saja, itu urusan dia dengan Allah SWT.
Dalam
suatu peperangan seorang sahabat membunuh orang kafir, padahal si kafir itu
telah menyatakan iman pada Allah SWT dan kerasulan Muhammad. Nabi Saw pun
marah. Namun sahabat tersebut punya alasan. Menurutnya, si kafir tadi masuk Islam
secara terpaksa karena berada di bawah ancaman pedangnya atau karena takut
dibunuhnya. Nabi menyatakan, mengapa tidak sekalian saja diambil hati si kafir
itu dan dapatkah dilihat apakah ia benar-benar ikhlas atau terpaksa menyatakan
beriman.
Dari
peristiwa itu, ihwal ikhlas atau terpaksa, atau ihwal keadaan hati seseorang
hanya Allah SWT yang tahu secara jelas. Manusia hanya bisa menduga-duga.
Ma'asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah!
Al-Quran
menggambarkan, orang yang menyatakan beriman ibarat melakukan transaksi
jual-beli dengan Allah SWT. Orang tadi "membeli" surga dengan
jiwa-raganya, atau "menjual" jiwa, raga, dan hartanya pada Allah SWT
dengan bayaran keridaan-Nya.
Firman-Nya,
"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka
dengan memberi imbalan surga pada mereka." (QS at-Taubah:111)
Dan
sebagian manusia ada yang menyerahkan diri mereka untuk mendapatkan keridaan
Allah... (QS al-Baqarah:107)
Mukmin
yang benar-benar beriman adalah mereka yang siap menyerahkan segala yang ada
padanya pada Allah SWT. Ia siap melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya. Ia pun siap melaksanakan atau menghadapi segala ujian
dari-Nya, untuk menunjukkan kesungguhan keimanannya.
Jadi,
setiap mukmin harus siap melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi
segala larangan-Nya (ajaran Islam). Mukin sejati mempunyai sikap dasar sami'na
wa atho'na (kami dengar dan kami patuh), sebagaimana firman Allah SWT,
"Sesungguhnya
jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya,
agar Rasul menghukumi di antara mereka, ialah ucapan 'kami dengar dan kami
patuh'. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS 24:51)
"Dan
tidaklah patut bagi seorang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, jika Allah
dan Rasul-Nya menetapkan suatu ketentuan akan ada bagi mereka pilihan lain
tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya
(berpaling dari ketentuan itu), maka sesungguhnya ia telah sesat dengan
kesesatan yang nyata." (QS 33:36)
Ma'asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah!
Ujian
Allah SWT bagi setiap mukmin antara lain berupa kebaikan dan keburukan,
kesenangan dan kesusahan (QS 21:35, 89:15-16)). Setiap mukmin sejati akan
menghadapi kebaikan/kesenangan dengan syukur dan menyikapi keburukan/kesusahan
dengan sabar dan tawakal. Kemudian ujian berupa harta dan diri (QS 3:186),
pangkat atau jabatan (QS 6:165), dan lainnya.
Seorang
mukmin sejati tidak akan lupa diri dan bersikap takabur ketika mendapatkan
kesenangan, kebaikan, harta, dan pangkat. Karena ia menyadari bahwa itu semua
adalah ujian Allah SWT. Artinya, Dia mengujinya apakah kesenangan dan lainnya
itu akan disikapi dengan syukur, dipergunakan sesuai garis yang ditentukan-Nya,
atau malah kufur dan menyalahgunakannya.
Demikian
pula ketika seorang mukmin menghadapi kesusahan, keburukan, atau musibah. Ia
akan menyikapinya dengan sabar dan tawakal. Ia sadar bahwa semua itu merupakan
ujian dari Allah SWT.
Setiap
mukmin juga harus siap berjihad di jalan Allah SWT (QS 9:16), yaitu berjuang
dengan mengerahkan segala daya, upaya, harta, dengan pengorbanan jiwa, raga,
harta, ilmu, dan segala apa yang dimiliki demi tegaknya syiar Islam. Jihad juga
berarti menahan atau mengendalikan hawa nafsu (nafs al-amarah) yang, dengan
dukungan godaan setan, selalu mengajak pada perbuatan maksiat dan pelanggaran
terhadap aturan Allah SWT.
Ma'asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah!
Setiap
mukmin menyadari bahwa ajaran Islam bukan hanya untuk diamalkan, didakwahkan,
tetapi juga harus dilindungi atau dijaga kesucian dan keluhurannya. Setiap
mukmin tidak akan rela jika ada pihak yang melecehkan Islam, baik melalui
penghujatan terhadap al-Quran maupun terhadap Nabi Muhammad Saw.
Namun
demikian, setiap mukmin pun (harus) menyadari, termasuk pelecehan Islam juga
jika wahyu Allah SWT ini diabaikan dalam kehidupan sehari-hari, alias tidak
diamalkan.
Beratkah
menjadi seorang mukmin yang benar-benar keimanannya? Tidak, jika keimanan itu
ikhlas atau sepenuh hati. Dan, ya jika keimanannya setengah hati atau terpaksa.
Dan al-Quran sendiri telah mensinyalir adanya orang yang beriman setengah hati
dengan firman-Nya,
"Dan di antara manusia ada yang mengabdi pada Allah dengan berada di tepi (setengah hati, ragu-ragu). Jika kebaikan menimpanya, ia merasa tenang dan jika ditimpakan padanya kerugian berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan akhirat dan itulah kerugian yang nyata." (QS al-Hajj:11). Barakallahu li walakum.*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
No comments on Ujian bagi Orang Beriman
Post a Comment