Sumber Ajaran Islam (2): As-Sunnah
Inilah Islam | Monday, January 14, 2013
As-Sunnah adalah sumber ajaran Islam setelah Al-Quran. As-Sunnah disebut juga
Al-Hadits. Secara harfiyah (etimologis), As-Sunnah berarti adat-istiadat (traditions). Secara maknawi
(terminologis), Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan penetapan Nabi
Muhammad Saw. Penetapan (taqrir)
adalah persetujuan atau diamnya Nabi Saw terhadap perkataan dan perilaku
sahabat.
Kedudukan As-Sunnah sebagai
sumber hukum Islam dijelaskan Al-Quran dan sabda Nabi Muhammad Saw.
“Demi Tuhanmu, mereka pada
hakikatnya tidak beriman sehingga mereka menjadikanmu (Muhammad) sebagai hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, lalu mereka tidak merasa berat hati
terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuh hati” (Q.S. 4:65).
“Apa yang diberikan Rasul
(Muhammad) kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah”
(Q.S.
59:7).
“Kutinggalkan untuk kaliam
dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian berpegang
kepada keduanya, yakni Kitabullah (Quran) dan Sunnah Rasul-Nya”.
“Berpegangteguhlah kalian
kepada Sunnahku dan kepada Sunnah Khulafaur Rasyidin setelahku” (H.R. Abu Daud).
As-Sunnah merupakan “juru
tafsir” sekaligus “juklak” (petunjuk pelaksanaan) Al-Quran. Sebagai contoh,
Al-Quran menegaskan tentang kewajiban shalat dan berbicara tentang ruku’ dan
sujud. Sunnah atau Hadits Rasulullah-lah yang memberikan contoh langsung
bagaimana shalat itu dijalankan, mulai takbiratul
ihram (bacaan “Allahu Akbar” sebagai pembuka shalat), doa iftitah, bacaan
Al-Fatihah, gerakan ruku, sujud, hingga bacaan tahiyat dan salam.
Ketika Nabi Muhammad Saw
masih hidup, ia melarang para sahabatnya menuliskan apa yang dikatakannya.
Kebijakan itu dilakukan agar ucapan-ucapannya tidak bercampur-baur dengan wahyu
(Al-Quran). Karenanya, seluruh Hadits waktu itu hanya berada dalam ingatan atau
hapalan para sahabat.
Kodifikasi Hadits
Rasulullah dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (100 H/718 M), lalu
disempurnakan sistematikanya pada masa Khalifah Al-Mansur (136 H/174 M).
Para ulama waktu itu mulai
menyusun kitab Hadits, di antaranya Imam Malik di Madinah dengan kitabnya Al-Mutwaththa, Imam Abu Hanifah menulis Al-Fqhi, serta Imam Syafi’i menulis Ikhtilaful Hadits, Al-Um, dan
As-Sunnah.
Berikutnya muncul Imam
Ahmad dengan Musnad-nya yang berisi
40.000 Hadits. Ulama Hadits terkenal yang diakui kebenarannya hingga kini
adalah Imam Bukhari (194 H/256 M) dengan kitabnya Shahih Bukhari dan Imam Muslim (206 H/261 M) dengan kitabnya Shahih Muslim.
Kedua kitab Hadits itu
menjadi rujukan utama umat Islam hingga kini. Imam Bukhari berhasil
mengumpulkan sebanyak 600.000 hadits yang kemudian diseleksinya. Imam Muslim
mengumpulkan 300.000 hadits yang kemudian diseleksinya.
Ulama Hadits lainnya yang
terkenal adalah Imam Nasa'i yang menuangkan koleksi haditsnya dalam Kitab Nasa'i, Imam Tirmidzi dalam Shahih Tirmidzi, Imam Abu Daud dalam Sunan Abu Daud, Imam Ibnu Majah dalam Kitab Ibnu Majah, Imam Baihaqi dalam Sunan Baihaqi dan Syu'bul Imam, dan Imam Daruquthni dalam Sunan Daruquthni. Wallahu a'lam.*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
No comments on Sumber Ajaran Islam (2): As-Sunnah
Post a Comment