Cara Mengamalkan Iman kepada Allah SWT
Inilah Islam | Tuesday, January 15, 2013
Beriman kepada Allah SWT
artinya meyakini Allah sebagai Tuhan semesta alam, juga yakin akan kebenaran
keberadaan para Malaikat-Nya, wahyu-Nya (kitab-kitab Allah), para rasul-Nya,
hari akhir, dan Qodho dan Qadar Allah SWT bagi setiap manusia. Pembenaran atas semua
itu harus diikuti dengan tindakan nyata, sebagai pengamalan atas keimanan
tersebut.
Iman kepada Allah SWT
merupakan fitrah manusia. Artinya, pada hakikatnya seluruh umat manusia
mempercayai adanya Allah SWT dan mengakui-Nya sebagai Tuhan (Q.S. 7:172). Manusia
Jahiliyah pun mengenal adanya Allah SWT sebagai Pencipta dan Pengatur alam
semesta (Q.S. 10:31, 43:9). Mereka menyembah berhala dengan dalih untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT (Q.S. 39:3).
Menurut filosof Ibnu Rusyd[1]
, ada dua cara membuktikan adanya Allah:
1.
Dalil Al-’Inayah (The Proof of Providence), yakni dengan melihat kesempurnaan struktur susunan alam
semesta atau keteraturan fenomena alam.
2.
Dalil Al-Ikhtira (The Proof of Creation), yakni dengan melihat penciptaan makhluk hidup. Manusia
tidak mungkin mampu membuat makhluk binatang kecil sekalipun.
Al-Quran sendiri
menunjukkan suatu metode yaitu dengan menyelidiki kejadian manusia dan alam
semesta. Dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam ada
tanda-tanda bagi mereka yang berakal yang memikirkannya (Q.S. 3:190-191).
Manusia diperintahkan memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala yang
diciptakan Allah (Q.S. 7:185). Bahkan, diri kita sendiri harus kita perhatikan
untuk memikirkan eksistensi-Nya (Q.S. 51:21).
Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa mengenali dirinya, maka ia akan
mengenal Tuhannya”.
Dengan demikian, manusia
akan menemukan bahwa Allah-lah Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta. Dia
pula yang berhak disembah dan dimintai pertolongan. Dia bisa dikenali dengan
pemahaman sifat-sifat-Nya[2]
dan ciptaan-Nya. Manusia dilarang memikirkan tentang hakikat Dzat Tuhan, karena
akal manusia tidak mungkin menjangkau-Nya. Allah adalah Dzat Yang Mahagaib.
“Pikirkanlah tentang
ciptaan Allah dan jangan kamu berpikir tentang Dzat-Nya...”
Pengamalan keimanan kepada
Allah harus diikuti dengan pembenaran atas firman-firman-Nya, yang kini
tertuang dalam Al-Quran, sekaligus mengamalkan apa yang diperintahkan-Nya dan
menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Minimal, seorang mukmin
harus membuktikan keimanannya dengan mengerjakan shalat lima waktu. Karena,
dalam sebuah hadits disebutkan, pembeda antara seorang mukmin/Muslim dan kafir
adalah shalat.
Dari shalat, jika
dikerjakan dengan khyusu, maka akan tercipta kondisi diri yang benar-benar
tunduk kepada Allah SWT. Wallahu a'lam.*
[1]
Sebagaimana dikutip Drs. Nasruddin Razak, Dienul
Islam, Maarif Bandung, 1989, hlm. 131-132.
[2]
Sifat-sifat Allah dikenal dengan “Asmaul Husna” atau Nama-Nama Yang Bagus,
seperti Wujud (ada), Qidam (Terdahuku), Baqa’ (Kekal), Mukhalafatu Lilhawadits
(Berbeda dengan yang baru ada), Wahdaniyah
(Satu), Qudrat (Mahakuasa), Ar-Rahman (Maha Pengasih), dll.
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
izin copast......
ReplyDelete