Saturday, January 12, 2013

Karakteristik Islam (1): Agama Universal

Inilah Islam | Saturday, January 12, 2013

Islam adalah agama universal, meliputi universalitas sasaran dan universalitas ajaran atau konsep.

A. Universalitas Sasaran
Islam berlaku bagi seluruh manusia di semua tempat dan segala zaman. Berbeda dengan para Nabi dan Rasul sebelumnya yang diutus membawa ajaran Allah SWT untuk kaum/bangsa dan masa tertentu --misalnya Nabi Shaleh untuk Kaum Tsamud (Q.S. 27:45) dan Nabi Isa untuk Bani Israil (Q.S. 61:6)-- Nabi Muhammad Saw diutus bukan untuk kaum tertentu, melainkan untuk seluruh umat manusia dan berlaku sepanjang masa.
"Katakankah (Muhammad): Hai sekalian manusia, sesungguhnya aku (Muhammad) adalah utusan Allah untuk kalian semua..." (Q.S. 7:158)
"Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi alam semesta”. (Q.S. 21:107)
"Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali untuk menjadi Rasul bagi seluruh manusia, membawa kabar gembira dan memberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. 34:28)

B. Universalitas Ajaran.
Karena diperuntukkan bagi semua umat manusia di semua tempat dan di segala zaman (universalitas sasaran), maka ajaran Islam meliputi semua aspek kehidupan umat manusia dan mengandung ajaran-ajaran dasar yang berlaku untuk semua tempat dan semua zaman.
Dengan kata lain, ajaran Islam sifatnya menyeluruh (syumuliyah) untuk kesejahteraan hidup seluruh umat manusia. Umat Islam wajib mematuhi seluruh ajaran Islam tersebut, sebagai konsekuensi keimanan dan keislamannya.
"Kami turunkan kepadamu Kitab (al-Quran) sebagai penjelas bagi segala sesuatu" (Q.S. An-Nahl:89).
"Pada hari ini Kusempurnakan untukmu agamamu dan Kucukupkan nikmat-Ku bagimu" (Q.S. Al-Maidah:3).
"Tidak kami lupakan suatu apa pun dalam kitab (al-Quran) itu." (Q.S. 6:38)
Contoh keuniversalan Islam antara lain tercermin dari ilmu-ilmu yang dikembangkan para ulama Islam pada Zaman Klasik (abad VIII-XIII M). Mereka tidak hanya mengembangkan ilmu-ilmu seperti tafsir, hadits, fiqih, tauhid, dan tasawuf, tetapi juga mengembangkan ilmu-ilmu keduniaan seperti ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia, dan sebagainya.
Islam bukanlah agama dalam pengertian Barat atau dalam pandangan kaum sekuler[1], yakni hanya mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Islam adalah ajaran agama yang sempurna dan lengkap dengan pengaturan bagi segala aspek kehidupan manusia. Islam tidak hanya mengatur bagaimana manusia berhubungan atau beribadah secara vertikal dengan Tuhan (hablum minallah), tetapi juga berisikan ajaran tentang hubungan manusia dengan sesamanya (hablum minan nas), dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya (hablum minal ‘alam).
Tidak heran, jika seorang orientalis kondang, H.A.R Gibb, mengatakan, "Islam is indeed much more than a system of teology, it is a complete civilization" (Islam benar-benar lebih dari sekadar sebuah sistem ketuhanan, ia adalah sebuah peradaban yang lengkap). Hal senada dikemukakan seorang pengamat Barat, G.H. Jansen[2]. Menurutnya, Islam bukanlah sekadar agama, tetapi suatu cara hidup total mencakup agamawi dan duniawi. Islam itu suatu sistem keyakinan dan sistem peribadatan. Ia adalah suatu sistem hukum yang luas dan menyeluruh.
Namun demikian, bukan berarti Islam mengajarkan secara rinci dan detail yang bersifat teknis-operasional seluruh hal. Ajaran demikian hanyalah yang menyangkut masalah ibadah ritual seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.
Mengenai masalah non ritual, yakni masalah keduniaan, Islam mengajarkannya secara umum saja. Islam hanya mengajarkan etika dasar, norma-norma, nilai-nila, dan prinsip-prinsip umumnya. Jadi, Islam tidak menjelaskan tentang sistem perekonomian, politik (kenegaraan), sosial, keuangan, perindustrian, teknologi, militer, dan sebagainya secara terperinci yang harus dilaksanakan umatnya. Yang dijelaskan adalah ketentuan-ketentuan dasarnya saja.
Umat Islamlah yang harus menjabarkannya sendiri, melalui ijtihad[3], sesuai situasi dan kondisi yang melingkupinya. Dengan perkataan lain, manusia sendiri yang harus menentukan teknis pelaksanaan dari prinsip-prinsip dasar yang ditentukan Islam.
“Kamu sekalian lebih mengetahui tentang urusan duniamu. Jika saya memerintahkan kepadamu tentang sesuatu yang dari urusan agamamu, maka peganglah” (H.R. Muslim dari Rifa’i bin Khadii).
Karena itulah, kreativitas dan kebebasan berpikir sangat dihargai oleh Islam. Islam menyuruh umatnya memaksimalkan potensi berpikir manusia (akal) untuk memahami dan menjabarkan ajaran-ajaran Allah SWT yang tercantum dalam Al-Quran (Q.S. Az-Zumar:17-18, Al-Baqarah:170).
Karena sifatnya yang universal, yang dengan demikian ajarannya mencakup seluruh bidang kehidupan manusia, Islam sama sekali menolak paham sekularisme. Dalam Islam tidak ada pemisahan antara urusan agama dan urusan politik seperti direkomendasikan kaum sekularis.n



[1]  Sekulerisme timbul di dunia Barat sebagai reaksi atas Kristianisme pada akhir abad pertengahan. Paham ini secara sadar memusatkan perhatian semata pada masalah duniawi dan mengasingkan atau menyisihkan peranan agama dan Tuhan dari berbagai segi kehidupan manusia. Kaum sekuler membatasi peranan Tuhan hanya di gereja.
[2] G.H. Jansen, Islam Militan, Pustaka Bandung, 1980.
Previous
« Prev Post

No comments on Karakteristik Islam (1): Agama Universal

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *