Tuesday, January 15, 2013

Iman sebagai Sistem Keyakinan Islam

Inilah Islam | Tuesday, January 15, 2013

IMAN (amana -  yu’minu -  imanan) secara harfiyah (etimologis) artinya percaya dengan yakin. Iman adalah akidah Islamiyah, yakni sistem keyakinan atau kepercayaan dalam Islam. Akidah (‘aqoda - ya’qidu - ‘aqdan/aqad) artinya ikatan, yakni ikatan hati atau jiwa alias keyakinan atau kepercayaan.


Secara maknawi (terminologis) iman adalah percaya dengan yakin akan adanya Allah SWT, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhirat, serta Qadha dan Qadar. Percaya dengan yakin kepada keenam hal itu disebut Arkanul Iman atau Rukun Iman. Sebutan untuk orang yang percaya dengan yakin atas Arkanul Iman itu disebut mukmin (mu’min, orang beriman).
Hai orang-orang yang beriman! Yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya, dan kepada Kitab-Kitab yang diturunkan-Nya terdahulu. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat jalan sejauh-jauhnya” (Q.S. 4:136)[1].
Iman adalah masalah mendasar dalam Islam. Iman menjadi titik-tolak permulaan seseorang menjadi pemeluk Islam (Muslim). Seseorang yang menyatakan diri memeluk Islam harus mengikrarkan dua kalimat syahadat, mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul-Nya.
Al-Quran menggambarkan, orang yang menyatakan beriman (mukmin) ibarat melakukan transaksi jual-beli dengan Allah SWT. Orang tadi "membeli" surga dengan jiwa-raganya, atau "menjual" jiwa, raga, dan hartanya pada Allah SWT dengan bayaran keridaan-Nya.
"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberi imbalan surga pada mereka." (Q.S. at-Taubah:111)
“Dan sebagian manusia ada yang menyerahkan diri mereka untuk mendapatkan keridaan Allah...” (Q.S. al-Baqarah:107)
Mukmin yang benar-benar beriman adalah mereka yang siap menyerahkan segala yang ada padanya pada Allah SWT. Ia siap melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia pun siap melaksanakan atau menghadapi segala ujian dari-Nya, untuk menunjukkan kesungguhan keimanannya.
Jadi, setiap mukmin harus siap melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya (ajaran Islam). Mukin sejati mempunyai sikap dasar sami'na wa atho'na (kami dengar dan kami patuh).
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukumi di antara mereka, ialah ucapan 'kami dengar dan kami patuh'. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung" (Q.S. 24:51).
"Dan tidaklah patut bagi seorang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, jika Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu ketentuan akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya (berpaling dari ketentuan itu), maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata" (Q.S. 33:36). Wallahu a'lam.


[1] Tentang Qadho dan Qadar disebutkan secara terpencar dalam Al-Quran dan Hadits-Hadits Rasulullah Saw.
Previous
« Prev Post

1 comment on Iman sebagai Sistem Keyakinan Islam

Contact Form

Name

Email *

Message *